Rabu, 23 Mei 2012

Jika Syurga Neraka tak pernah ada


            Jika surga dan neraka tak pernah ada
            Masihkah kau bersujud kepada-Nya
            Jika surga dan neraka tak pernah ada
           Masihkah kau menyebut nama-Nya

        Secuplik syair lagu ini tentu menginspirasi kita tentang hakekat surga dan neraka. Ada saja yang bertanya, apakah syurga dan neraka itu benar-benar ada. Mungkin ada dua jawaban yang sederhana tentang ini.
         Pertama, kalau kita yakin dengan Allah maka tentu jawabannya ada, karena eksistensi keduanya dijelaskan di kitab suci.
         Kedua, konsep ini bisa dipandang untuk menegakkan keadilan. Karena ada orang-orang yang melakukan kriminalitas, misalkan seperti seperti korupsi dan menyerang negara lain seperti yang sering dilakukan Amerika, tidak bisa diadili oleh pengadilan manusia di dunia. Maka para kaum tertindas masih punya harapan bahwa para penindas tersebut akan mendapatkan keadilan di Neraka.

          Mungikin kedua jawaban itu cukup bisa diterima. Tapi kemudian muncul lagi kritik bahwa kalau beribadah jangan untuk menghitung-hitung pahala biar masuk surga, seolah-olah kita hitung-hitungan dengan Allah. Hitung-hitungan ini sebenarnya tidak salah, karena logika seperti itu juga digunakan di Kitab suci untuk menarik manusia berbuat baik.

      Tapi logika ini menjadi membingungkan ketika orang-orang yang terlihat rajin beribadah dan membawa symbol-simbol agama kemudian melakukan kekerasan atas nama agama dan menganggap dirinya paling benar. Mengunakan logika hitung-hitungan pahala dengan tujuan masuk syurga tapi tidak membawa keselamatan (salam, kata dasarnya sama dengan Islam) bagi dirinya dan makluk Allah lainya. Padahal masuk syurga adalah karena rahmat Allah, tidak bisa sekedar berdasarkan hitung-hitungan otak manusia.

     Melakukan pemaksaan dengan kekerasan yang didasari rasa paling benar tidak bisa ditemukan dalilnya di kitab suci, namun itu terjadi. Apakah itu karena kebodohan  manusia dalam memahami kitab suci?
     Mungkin benar karena kebodohan, malas mencari ilmu untuk mendalami kitab suci. Tapi yang umum terjadi adalah manusia sangat sering sekali terjebak dengan ego. Sesunguhnya yang paling benar dan Maha Benar hanyalah Allah, yang paling mulia hanyalah Allah.

       Segala bentuk tindakan yang dilarang, yang haram adalah wujud dari ego/ kesombongan manusia, wujud dari penghambaan diri manusia terhadap dirinya sendiri, terhadap nafsunya. Wujud dari penyimpangan manusia dari tujuan penciptaan. Dengan demikian munculah banyak ilah baru. Kenapa ini terjadi?

       Sepertinya manusia melupakan sejarah. Lupa akan sejarah iblis diusir dari syurga. Iblis adalah makluk yang yakin akan adanya Allah, dulunya selalu beribadah kepada Allah, tapi gagal mengikis ego/ kesombongannya saat disuruh Allah untuk sujud kepada Adam. Hebatnya lagi, setelah diusir dari surga, iblis tetap saja ego, dia minta diizinkan agar bisa mengoda manusia untuk menemaninya di neraka. Jadi mengikis ego memang luar biasa sulitnya kecuali bagi orang-orang yang iklas. Makanya saat Allah mengizinkan iblis mengoda manusia, terdapat satu golongan manusia yang dijamin Allah tidak tergoda, yaitu orang-orang yang iklas, yang berserah diri kepada kepada kekuasaan Allah bukan kekuasaan dirinya sendiri. Orang-orang yang merasa hina di mata Allah.

         Kisah ini cukup mudah dipahami tentang bahayanya ego yang bisa mengakibatkan kesombongan. Iblis diusir bukan tidak percaya akan adanya Allah tapi karena merasa diri mulia dan tidak mau menurut satu perintah Allah. Manusia pertama diciptakan di surga sehingga pada hakikatnya akan kembali ke asalnya di surga. Tapi perjalanan kembali pulang tersebut dihalangi oleh ego, tidak mau benar-benar berserah diri kepada Allah.

        Berbagai peristiwa cobaan di berikan kepada manusia adalah untuk mengikis ego tersebut sehingga dia bisa melihat jalan pulang. Agar kembali kepada orientasi/visi menuju Allah. Bagi yang berhasil mengikis ego tersebut dan berserah diri kepada Allah maka eksesnya adalah menemukan jalan pulang yaitu surga. Bagi yang sampai berpisahnya ruh dengan jasad (alias mati) belum juga berhasil mengikis ego, masih meng-ilahkan (mementingkan) nafsunya sendiri maka dengan sangat terpaksa masuk ke proses pengikisan ego berikutnya, yaitu neraka. Kalau sudah di neraka, manusia jadi menyerah total, tidak mungkin ego nya tidak terkikis. Saat itu pastilah manusia sadar bahwa dirinya tidak ada apa-apanya, namun sudah terlambat.

         Jadi surga dan neraka adalah akibatt yang diterima manusia dalam mengikis egonya, membuang semua ilah (yang paling dipentingkan , yang apling di cintai, yang paling dipatuhi), yang ada hanya Allah.
Wallahu a'lam




Tidak ada komentar:

Posting Komentar